Pecinta Lingkungan Peduli Sumber Air Kota Batu

Warga Batu membubuhkan tandatangan sebagai tanda mendukung penyelamatan sumber air di Batu, Minggu (17/3/2013).
Warga Batu membubuhkan tandatangan sebagai tanda mendukung penyelamatan sumber air di Batu, Minggu (17/3/2013).

BATU,  Belasan pemuda mengatasnamakan pecinta sumber mata air Kota Batu berkampanye agar masyarakat peduli terhadap lingkungan, terutama sumber mata air di Batu yang semakin hari semakin berkurang.  Aksi tersebut digelar di Alun-alun Batu, Minggu (17/3/2013).

Cara mereka mengajak masyarakat itu terutama pengunjung alun-alun dengan membubuhkan tanda tangan sebagai bentuk dukungan agar Pemerintah Kota (Pemkot) Batu melestarian sumber air.  Sebelumnya, para pemuda itu sudah membentangkan kain warna putih sepanjang kurang lebih 10 meter.

Aksi kampanye itu diikuti oleh para pegiat lingkungan yang tergabung dalam Walhi Malang, pegiat anti korupsi Malang Corruption Wacth (MCW), dan Forum Masyarakat Peduli Mata Air (FMPMA) dari Kota Batu.

“Target kami sehari ini sudah terkumpul 1.000 tanda tangan dukungan dari warga,” ujar Imam Yunanto, Koordinator Lapangan aksi itu yang juga aktif di FMPMA kepada wartawan surya.co.id

Di atas kain putih itu, mereka memajang foto berbagai aksi warga dalam melestarikan sumber air Umbul Gemulo di Jalan Raya Punten Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Foto yang paling banyak dipajang adalah terkait penolakan warga terhadap pembanguan The Rayja.

Ia menambahkan, dari pengumpulan tanda tangan itu, nantinya Imam yang akrab dipanggil Gepeng ini menyampaikan kepada Wali Kota Batu eddy Rumpoko serta DPRD agar peduli terhadap sumber air. Menurutnya, sumber air di Batu saat ini belum mendapat perhatian dari pemkot.

Peserta aksi lainnya dari MCW, Akmal Adi Cahya miris dengan menurunnya jumlah sumber air di kota wisata itu. Dari data Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kota Batu, sebelumnya ada 111 sumber di kawasan Gunung Panderman itu, namun, saat ini tersisa sekitar 58 sumber saja.

Ia mengingatkan kepada semua khalayak agar waspada terhadap bahaya kekeringan jika suatu saat nanti sumber air tidak ada lagi. Karena itu,baik Pemkot maupun warga Batu harus sama-sama melestarikan sumber.

“Sumber air di Batu itu memberi kehidupan bagi banyak orang, bukan hanya warga Batu, tapi juga warga di luar Batu. Sayangnya, belum ada keberpihakan Pemkot untuk melestarikan sumber-sumber ini,” duganya.

Sementara itu, salah satu pengunjung dari Surabaya, Pramadia Aditiano turut membubuhkan tanda tangan. Sebelum tanda tangan, mahasiswa semester VI Fakultaas Peternakan di Universitas Brawijaya ini menuliskan kalimat: “Water source is human’s life and human life’s is earth future save the earth, save the life“.

“Saya amati pembangunan di Batu maupun di Malang masih jauh dari pro lingkungan. Tidak seperti Surabaya, pembangunan terhadap lingkungan sudah mulai dilakukan sejak beberapa tahun lalu. Sumber air selalu identik dengan lingkungan. Selamatkan bumi ini,” kata Pramadia.  (sumber: surya.co.id)