MALANG, Mantan Presiden RI KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur mengenakan baju batik duduk melipat tangan dengan seolah sedang bercerita. Di sekelilingnya lima orang anak-anak antusias memperhatikannya.
Satu bocah dengan baju koko dan berkopyah putih memegang kakinya sambil menatap antusias. Sementara satu bocah lainnya mengenakan pakaian Biksu Budha warna kuning berada di depannya. Kedua anak ini duduk di lantai.
Sementara di sisi kanan Gus Dur tiga bocah lainnya tidak kalah antusias. Seorang anak perempuan di antaranya mengenakan pakaian adat Bali, lengkap dengan hiasan bunga di kepalanya. Di sampingnya seorang anak laki-laki dengan pakaian adat Tionghoa dengan rambut dikuncir. Di belakang bocah ini seorang gadis berdiri dengan anting salib.
Suasanya tersebut hanyalah lukisan tentang Gus Dur yang dipamerkan Komunitas Malang Suko Art, di Araya Plasa yang dibuka Minggu (17/3/2013) pukul 17.00 WIB. Lukisan karya Menurut Sekretaris Malang Suko Art, Maorry Sunaryo, Gus Dur memang menjadi inspirasi bagi komunitas ini. Sosoknya yang merangkul semua golongan menjadikannya begitu istimewa.
“Kami mencoba seperti Gus Dur menjadi pelukis yang bisa diterima semua kalangan,” ujar Maorry kepada surya.co.id
Selain lukisan karya R Harley tersebut, ada dua lukisan lain tentang Gus Dur. Satu di antaranya gambar setengah badan Gus Dur mengenakan peci dan baju warna ungu. Sosok Gus Dur seperti melayang di awan dengan seekor naga yang melingkupinya.
Satu lukisan lainnya menampilkan patung dada. Dalam lukisan tersebut Gus Dur mengenakan pakaian Mandarin. Di kelapanya mengenakan topi pendekar China dengan rambut kuncir.
“Ada banyak lukisan Gus Dur yang lain tetapi sudah pernah kami pamerkan. Kami seleksi dan terpilih tiga lukisan tersebut,” terang Sunaryo.
Malang Suko Art adalah komunitas pelukis Malang Raya. Rencananya mereka akan menggelar pameran hingga Jumat (29/3/2013). Sekitar 80 lukisan dari 18 pelukis akan dipamerkan dan dijual kepada pengunjung. Mereka adalah para pelukis senior anggota Malang Suko Art.
Masih menurut Sunaryo, untuk lukisan termurah dihargai Rp 300.000. sementara yang termahal mencapai Rp 25 juta. “Biasanya jarang yang membeli saat pameran. Kebanyakan selepas pameran pembeli akan datang ke rumah atau galeri,” tambahnya.
Di antara lukisan yang dipamerkan terdapat satu lukisan wajah Sri Rahayu (SR), satu di antara calon Walokota Malang. Lanjut Sunaryo, SR menyumbang untuk lokasi pameran para seniman. Namun semikian Sunaryo menegaskan, seluruh anggota Malang Suko Art tetap netral.
“Kami menerima sumbangan dari siapa saja, termasuk tokoh politik. Tapi kami tetap menjaga diri tetap netral secara politis,” pungkasnya. (sumber: surya.co.id)