Belajar Jurnalistik Bersama Majalah Gereja Katolik

Marta menyampaikan materi menulis features. (foto: Andreas Wicaksono)

Dari 16 peserta pelatihan jurnalistik, secara bergantian bertanya. Marta Nurfaidah meladeni tiap pertanyaan para peserta. Marta menjelaskan tentang menulis features. Sesekali dia menulis beberapa frasa di papan tulis. Lalu digaris bawahi. Pertanyaan silih berganti mulai angle, ejaan, deskripsi, bahkan alur cerita.

Minggu (24/2) adalah hari kedua pada pelatihan jurnalistik untuk redaksi majalah Bahtera. Majalah Gereja Katolik Santo Marinus Yohanes, Surabaya. Pelatihan diadakan di Griya Samadi Vincentius, Prigen, Jawa Timur. Sehari sebelumnya, para peserta belajar dasar-dasar jurnalistik.

Dari 16 peserta, rata-rata berusia 40 tahun ke atas. Hanya dua orang berusia 20an. Fanny dan Reinaldo. Fanny layouter. Reinaldo tertarik menulis. Dia berencana menjadi penulis.

Pengalaman menulisnya adalah membuat blog untuk tugas kuliah. Isinya tentang Taekwondo. Tak dia sangka, pengunjung blognya hingga 15.000 klik. Dia berencana melanjutkan. Reinaldo mengaku mendapat ilmu baru dari Marta.

Peserta pelatihan sedang menulis hasil latihan observasi (foto: Andreas Wicaksono)

Marta memberi sejumlah contoh tulisan features dari berbagai media. Baik cetak maupun online. Peserta diajak membaca dan mencermati semua aspek. Lead, diksi, dan alur cerita. Dia juga menunjukkan tulisan featuresnya tentang pengungsi etnis Madura dari Sampit di Pasar Keputran. Tulisan ini dimuat tujuh seri di Harian Surya saat itu.

Dulu Marta sering memberi pelatihan. Belakangan sudah jarang. Dia adalah dosen di UINSA, Universitas Islam Negri Sunan Ampel. Marta memegang dua mata kuliah. Ekonomi dan politik media, dan MICE (Meeting Incentives Conventions Exhibiiton). Marta juga penulis lepas.

Siang itu Marta yang mengenakan blouse hitam polkadot putih kecil dan jilbab biru dongker, mengaku agak gugup. Karena baginya, memberi pelatihan beda dengan memberi kuliah. Marta sudah lama tak memberi pelatihan.

Marta sendiri merasa tak masalah membagikan ilmunya pada umat Gereja Katolik. Dia merasa kompetensinya sebagai penulis bisa membantu perkembangan majalah Bahtera.

“Nggak kaget waktu ditawari melatih. Karena memang skill-ku di penulisan features,” jawab Marta ringan.

Usai pelatihan, Reinaldo mengatakan baru kali ini menerima materi menulis features. Dia mengaku matanya tak bisa lepas dari materi yang disampaikan. Tak ada rasa risih meski pemateri berjilbab.

“Dia punya skill. Dia berkompeten. Kenapa enggak saya belajar dari dia?” kata Reinaldo. “Di kampus saya, di mata kuliah agama yang dipelajari adalah hubungan manusia secara universal. Di komunitas taekwondo yang saya ikuti juga beragam suku, ras, agama. Tidak ada masalah.” Kata Reinaldo.

Hal senada disampaikan Yulia Felicia. Dara berkacamata ini tidak menjadikan masalah bahwa pemateri beda agama. Dia justru salut pada Marta, “Kok mau ya Marta yang Muslim berbagi ilmu pada kami orang-orang Katolik? Berarti sebagai jurnalis, pandangan Marta sangat terlatih untuk terbuka melihat tidak melulu pada agama tapi pada kemanusiaan.” Sebelum, pulang para peserta dan pemateri menyempatkan berfoto bersama.

(Andreas Wicaksono)

Post Comment