18 jurnalis dari berbagai kota di Indonesia belajar tentang liputan berperspektif keragaman hayati. Secara umum, para peserta sudah paham tentang hal ini. Pelatihan ini memertajam sensifitas para jurnalis.
Harry Surjadi sebagai mentor dalam pelatihan selama tiga hari ini menekankan pentingnya kemampuan jurnalis menulis menggunakan metode storytelling. Dengan metode ini, tulisan bisa membangkitkan emosi masyarakat. Sekaligus mendorong masyarakat untuk berempati dan bersimpati pada konflik yang disampaikan.
Para jurnalis dari berbagai platform juga berlatih observasi. Seeprti diketahui observasi tidak boleh memasukkan pemikiran, asumsi, analisa, dan simpulan. “Kalau dicampur dengan fakta, wah bisa runyam” seru Harry.
Dari hasil observasi saja bisa dibuat berita meski tanpa memasukkan kutipan narasumber. Contohnya video dokumenter tentang kehidupan fauna.
Harry juga melatih bagaimana membuat wishlist sehingga liputan keragaman hayati yang kita rencanakan tidak sekadar satu produk liputan saja. “Dengan wishlist ini, liputan Anda bisa panjang dan bermanfaat untuk lingkungan,” kata Harry.
Pada hari terakhir, para jurnalis belajar sekelumit mengenai owa Jawa, primata yang berstatus terancam punah. Narasumber adalah Anton Ario, praktisi penyelamatan owa Jawa dari Javan Gibbon. Pelatihan diadakan 25-27 Juli 2017 di Lido Resort, Bogor. Pelatihan ini digagas oleh SIEJ (Society of Indonesian Environmental Journalist) dan didukung USAID.