SURYA Online, SURYA Tidak tuntasnya proses penutupan lokalisasi Bangunsari berdampak pada kurangnya pendampingan kesehatan pada penghuni. Selain itu, penyebaran penyakit HIV atau AIDS menjadi sulit dilakukan karena tidak masuk dalam program penutupan.
“Kami kira itu ancaman bahaya tersendiri dari penutupan lokalisasi Bangunsari yang kurang ditata dengan baik tersebut, masyarakat menjadi terancam terkena HIV/Aids,” kata Eka Dian, perwakilan Koalisi Perempuan Indonesia Jatim dalam hearing di Komisi D DPRD Kota Surabaya, Kamis (6/3).
Dijelaskan Eka Dian, pendeteksian siapa saja yang terkena penyakit HIV/Aids pasca penutupan lokalisasi menjadi sulit sekarang ini. Karena para penghuni posisinya tersebar di mana-mana. Disamping itu, upaya memberi bantuan layanan kesehatan kepada mereka semua juga menkadi sulit.
“Ini dikarenakan penghuni lokalisasi yang terkena HIV/Aids cenderung tertutup sehingga sulit dideteksi,” ungkap Eka Dian.
Oleh karena itu, menurut Eka Dian, penutupan lokalisasi prostitusi tanpa konsep penanganan kesehatan yang memadai membuat seluruh lingkungan adalah tempat prostitusi setelah tidak ada batasan lingkungan yang aman dan sehat. Pemkot harus mengupayakan penutupan lokalisasi prostitusi tidak bisa dengan waktu dan konsep yang cepat.
“Penghuni yang pulang ke tempat asal bisa menjadi pembawa penyakit HIV/Aids jika tidak ada pendampingan dan pelayanan kesehatan yang memadai dari Pemkot Surabaya,” tutur Eka Dian.
sumber : SURYA Online