SURABAYA, Kementrian Kesehatan melakukan terobosan dengan membolehkan ibu penderita HIV menyusui bayinya. Hal ini diungkapkan Menteri Kesehatan RI Nafsiah Mboi, saat berkunjung ke Unit Perawatan Intermediet Penyakit Infeksi (UPIPI) RSU Dr Soetomo Surabaya, Selasa (2/4/2013).
“Dalam banyak penelitian, susu formula malah menyebabkan diare. Sedangkan ASI, justru meningkatkan daya tahan dan kekebalan tubuh bayi,” ujarnya.
Lebih lanjut, Nafsiah menyebutkan ibu pengidap HIV diharuskan memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan. Setelah itu, bayi diperbolehkan diberi makanan tambahan.
Selain pemberian ASI ekslusif, Kementrian Kesehatan RI juga mengubah sejumlah prosedur baku penanganan ibu hamil pengidap HIV. Diantaranya adalah ibu hamil pengidap HIV bisa melahirkan secara normal. Selama ini, ibu hamil dengan HIV dipastikan menjalani proses kelahiran dengan operasi sectio caesaria.
“Operasi hanya dilakukan kondisi ibu hamil memang membutuhkan. Tapi jika kondisi ibu baik dan janin baik, maka sebaiknya persalinan normal,” tandas Nafsiah yang juga mantan Sekretaris KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) ini.
Pemberian obat terhadap seluruh pasien HIV juga akan diubah. Jika sebelumnya pasien meminum obat ARV (anti retro viral) sampai tiga butir, maka kedepannya hanya satu butir saja. “Tiga ARV menjadi satu. Kelebihannya, resistensinya juga rendah,” kata Nafsiah.
Kementrian Kesehatan RI juga berupaya meningkatkan Provider Initiated Testing and Counseling (PITC). Sasaran PITC ini adalah seluruh pasien IMS (Infeksi Menular Seksual), seluruh populasi kunci (penjaja seks komersial, komunitas gay lesbian, dan pengguna narkoba suntik), dan seluruh ibu hamil di wilayah tinggi kasus HIV/AIDS.
Untuk meningkatkan dan memperluas jangkauan PITC itu, dia mengakui dibutuhkan anggaran yang sangat besar. Namun pihaknya optimistis persoalan anggaran dapat diselesaikan.
Anggota UPIPI RSU dr Soetomo Surabaya Prof DR Boerhan Hidajat SpA(K) mengatakan masih akan mengkaji lebih lanjut kebijakan baru tersebut. Meski demikian, pihaknya mendukung sepenuhnya terobosan-terobosan itu. “Contohnya, tiga obat ARV menjadi satu. Ini tentu bagus, karena akan semakin memudahkan pasien minum obat,” kata dia.
Dalam kunjungan di RSU Dr Soetomo, Nafsiah juga mengunjungi pasien bayi kembar siam dan anak-anak penyandang thalasemia.
Menteri Kesehatan RI berada di Surabaya selama tiga hari mulai 1 sampai 3 April. Selain ke RSU dr Soetomo, agenda utama Menteri Kesehatan di Surabaya adalah dalam rangka Rapat kerja kesehatan nasional (Rakerkesnas) 2013 regional tengah, di The Empire Palace Surabaya.
Rakerkesnas ini diikuti 10 provinsi seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Bali hingga NTT dan NTB, yang diikuti perwakilan dinas kesehatan kabupaten dan kota di 10 provinsi tersebut.
Ada beberapa isu penting yang mengemuka pada 2013 yang akan dibahas di rakerkesnas ini diantaranya, upaya akselerasi pencapaian target Milineum development goals (MDGs) 2015. Persiapan pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN) dan sinkronisasi pelaksanaan pembangunan kesehatan melalui Sistem kesehatan nasional (SKN). (sumber: surya.co.id)