SURABAYA, Menteri Kesehatan (Menkes) RI Nafsiah Mboi memuji layanan Puskesmas Dupak. Ini setelah selama lebih kurang satu jam Menkes berkunjung ke puskesmas Dupak, Selasa (2/4). Bahkan, Menkes berulang kali memberikan aplaus dan tanggapan positif saat mendengarkan paparan dari Kepala Puskesmas (Kapus) Dupak, dr Nurul Lailah.
“Puskesmas di perkotaan memiliki karakteristik yang berbeda dengan Puskesmas yang ada di pedesaan. Saat ini, kami memang fokus mengembangkan puskesmas di wilayah perkotaan. Tapi sejauh ini kami melihat fasilitas dan penanganan yang ada di sini sudah sangat baik,” kata Menkes di sela-sela acara peninjauan di Puskesmas Dupak.
Sementara Kepala Puskesmas Dupak, Nurul Lailah mengatakan, puskesmas yang dipimpinnya sudah beroperasi sejak tahun 1958. Awalnya, status masih sebagai Puskesmas pembantu. Namun, seiring berjalannya waktu, Puskesmas yang beralamat di Jalan Dupak Bangunrejo Gang Poliklinik Nomor 6 itu mengalami banyak perkembangan. Kini rata-rata pasien yang berobat bisa mencapai 200 sampai 300 per harinya.
Lebih lanjut dijelaskan Nurul, di wilayahnya dulu ada dua lokalisasi yakni Bangunsari dan Tambakasri. Dia menyadari kondisi tersebut sangat rentan terhadap masalah penyakit seks menular (PSM). Akhirnya, dibuatlah layanan klinik kesehatan reproduksi.
“Di klinik ini para pekerja seks komersial (PSK) rutin sebulan sekali datang untuk konseling dan kontrol,” ujar Nurul.
Pada tahun 2012, ungkap Nurul, layanan kesehatan reproduksi tetap dijalankan meski lokalisasi ditutup. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat akan bahaya PSM serta bagaimana cara pencegahannya. Terlebih, HIV-AIDS masih dipandang sebagai bahaya laten yang perlu diwaspadai.
Berdasarkan data Puskesmas Dupak, pada 2012 lalu dijumpai temuan 23 orang yang positif HIV-AIDS. Dengan rincian, 4 ibu hamil diketahui saat melakukan cek kandungan dan 19 orang teridentifikasi saat melakukan pemeriksaan di poli umum.
Selain layanan kesehatan reproduksi, Puskesmas Dupak memiliki layanan unggulan diantaranya konseling pengguna narkoba, PITC untuk mengidentifikasi orang-orang yang punya gejala HIV-AIDS, serta pemeriksaan lengkap bagi ibu hamil. “Layanan kami tersebut ditunjang dengan keberadaan 13 poli yang siap melayani masyarakat,” ujar Nurul.
Sedangkan Asisten IV Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekkota Surabaya, Eko Haryanto menambahkan, kunjungan Menkes merupakan bagian dari acara rakernas kesehatan. Kebetulan, tema utama rakernas adalah membahas masalah HIV-AIDS.
“Puskesmas Dupak ini termasuk satu diantara empat puskesmas yang punya layanan penanganan HIV-AIDS. Nah, bu Menkes ingin melihat bagaimana penanganan HIV-AIDS yang ada di sini,” kata Eko.
Dari total 62 puskesmas dan 60 puskesmas pembantu yang ada di Surabaya, menurut Eko, ada empat puskesmas yang menyediakan pelayanan penanganan HIV-AIDS. Keempat puskesmas yakni puskesmas sememi, perak timur, putat, dan dupak. Kalau ada penderita dari daerah lain dirujuk dahulu ke empat puskesmas itu dan baru kemudian diteruskan ke RSUD Dr Soetomo. Ini disebabkan harus ada pendampingan dari puskesmas terlebih dulu bagi penderita.
Layanan HIV-AIDS yang diberikan oleh puskesmas, ungkap Eko, lebih pada pendampingan psikologis dan konseling bagi ODHA (orang dengan HIV-AIDS).
“Dalam kinerjanya, puskesmas dibantu kader-kader yang selalu siap memberikan yang terbaik. Dan yang penting, semua layanan diberikan secara gratis,” tutur Eko. (sumber:surya.co.id)