PAMEKASAN – Sekitar 50 massa yang tergabung dalam barisan peduli penyelamat kantor Kementerian Agama (BP-KMA) Pamekasan, unjuk rasa ke kantor Kemenag Pamekasan, Minggu (23/12/2012).
Menurut pemberitaan yang dilansir surya.co.id, massa membentangkan sejumlah poster bertuliskan, Turunkan pemimpin bermental preman, Kemenag Dipimpin Preman, Normaluddin yang tidak Normal dan pemimpin seperti preman, meminta Kepala Kemenag, Normaluddin ke luar menemui mereka.
Dalam orasinya, koordinator lapangan, Hasan Basri mengatakan, kepemimpinan Normaluddin, yang sudah berlangsung selama 10 bulan di Kemenang mengundang banyak masalah, sehingga Normaluddin sudah tidak pantas lagi menjadi pimpinan kantor Kemenag.
Selama dimpin Normaluddin, situasi Kemenag tidak kondusif dan menimbulkan isu negatif di mata karyawan dan masyarakat. Bahkan, ketika kali pertama datang, Normaluddin sudah ditolak karyawannya dengan memberi sesuatu benda yang gatal di kursi kerjanya dan kamar mandi.
“Sikap dan perilaku Normaluddin, tidak mencerminkan sebagai seorang pemimpin, tapi lebih mengarah kepada premanisme. Buktinya, Normaluddin tidak mau dikritik dan emosi hendak membunuh wartawan,” kata Hasan Basri.
Selanjutnya Hasan Basri mengurai perilaku Normaluddin, dari pelecehan guru hingga berbagai potongan liar yang dilakukan kepada guru di lingkungan Kemenag Pamekasan, termasuk pungli honor pegawai Rp 200.000 untuk hari amal bakti Kemenag.
Ketika massa tiba di depan kantor Kemenag, pintu pagar ditutup dan dijaga staf Kemenag, lantaran di halaman sedang berlangsung lomba drumband tingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) se Pamekasan.
Begitu pintu didobrak, massa masuk dan lalu menerobos ruang lobi menuju halaman dalam kantor Kemenag. Di lokasi itu, massa orasi bergantian. Berselang tidak berapa lama, siswa MTs Riodatul dan MA Khuzazini, Pesanggar, Kecamatan Pegantenan, Pamekasan, yang sedang memainkan drumband mendekat ke lokasi pengunjuk rasa.
Maksud drumband dimainkan di dekat pengunjuk rasa untuk menandingi suara orasi massa, malah pengunjuk rasa berbaur di tengah-tenah drumband dan berjoget, sehingga staf Kemenag meminta permainan drumband dihentikan.
Kemudian pengunjuk rasa menuju ruang lobi kepala Kemenag, yang kebetulan Normaluddin berada di dalam namun tidak menemui mereka. “Ayo ke luar, tunjukkan sikapmu Normaluddin,” kata Hasan Basi. Karena lama tidak ke luar, akhirnya pengunjuk rasa pulang.